Al-Qur’an menanamkan kesadaran, bahwa dengan bekerja berarti kita merealisasikan fungsi kehambaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menempuh jalan menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup, dan memberi manfaat kepada sesama bahkan kepada makhluk lain.
Dengan tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim atau muslimah akan berusaha mengisi setiap ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Semboyannya adalah “Tiada waktu tanpa kerja. Tiada waktu tanpa amal.” Adapun agar nilai ibadahnya tidak luntur, maka perangkat kualitas etik kerja yang Islami harus diperhatikan.
Berikut ini adalah kualitas etik kerja yang terpenting untuk dihayati:
Ash Sholah (baik dan bermanfaat)
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan. Manfaat tersebut agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok. Di dalam Al-Qur’an menyebutkan: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa dikerjakannya.” (QS. Al-An’am: 132)
Al Itqan (kemantapan atau detail)
Kualitas kerja yang itqan atau terperinci merupakan sifat pekerjaan muslim/muslimah, kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang Islami. Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah dijanjikan bagi setiap orang yang bekerja secara itqan. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih.
Al Ihsan (melakukan yang terbaik)
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan. Pertama, ihsan berarti “yang terbaik” dari yang dapat dilakukan. Pesan yang dikandungnya ialah agar setiap muslim mempunyai komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan. Kedua, ihsan mempunyai makna “lebih baik” dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus-menerus seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari hari kemarin.
Al Mujahadah (kerja keras dan optimal)
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an meletakkan kualitas mujahadah dalam bekerja pada konteks manfaatnya, yaitu untuk kebaikan manusia sendiri, dan agar nilai guna dari hasil kerjanya semakin bertambah.
Tanafus dan Ta’awun (kompetisi dan tolong menolong)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal saleh. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Begitu pula perintah “wasari’u ilaa magfirain min Rabbikum wajannah” atau bersegeralah kamu sekalian menuju ampunan Rabbmu dan surgaNya.
Mencermati Nilai Waktu
Untuk mencermati nilai waktu, ingatlah pesan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: “Gunakanlah yang lima sebelum datangnya yang lima: Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, Masa kayamu sebelum masa miskinmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan Masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Hakim)