Masalah Penyalahgunaan Narkoba

Masalah Penyalahgunaan Narkoba

Perdagangan narkoba dalam skala apapun – kecil maupun besar, menghasilkan keuntungan dalam skala besar bagi mereka yang terlibat di dalamnya.

Harus diakui bahwa ada jutaan orang diseluruh dunia yang lebih memilih menikmati pengalaman yang ditawarkan narkoba dibandingkan dengan pengalaman yang diberikan oleh kehidupan nyata sehari-hari mereka. Akibatnya, kebutuhan serta permintaan mereka akan narkoba akan memicu peningkatan jumlah pasokan narkoba.

Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Penggunaan narkoba adalah fenomena yang amat rumit, dan kita harus pragmatis dalam menentukan pilihan strategi yang akan dipakai untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.

Strategi tersebut meliputi pendidikan terhadap generasi muda dan kelompok masyarakat lain mengenai bahaya penggunaan narkoba, serta penyediaan alternatif kegiatan lain untuk mencegah generasi muda mulai memakai narkoba.

Faktor penyebab dan Pengaruh

Penyalahgunaan Narkoba terjadi akibat interaksi:

  1. Faktor yang terkait pada individu
  2. Faktor lingkungan
  3. Tersedianya narkoba itu sendiri

Dari ketiga faktor itu, yang terpenting adalah faktor individu. Masalah penyalahgunaan narkoba penyebabnya sangat kompleks. Ada faktor pendorong dan pencetus terjadinya masalah. Semua itu saling berkaitan, meliputi:

  • Faktor bio-fisik
  • Sistem nilai dan role model (orang yang dijadikan contoh/teladan)
  • Hubungan interpersonal dengan sesama (orangtua atau orang dewasa lain, kawan sebaya, dan lain-lain)
  • Keterampilan menolak tawaran narkoba
  • Penyebab stress (stresor) dan kemampuan mengelolanya
  • Kemampuan mendayagunakan sumber untuk mengatasi stres
  • Perundang-undangan dan upaya penegakan hukum
  • Periklanan, perdagangan rokok dan minuman keras, media massa, penyuluhan, kampanye, dan sebagainya yang memberikan pesan/informasi, baik terbuka maupun terselubung, untuk menggunakan atau memproduksi, memasok, memperdagangkan dan memperjualbelikan narkoba.
  • Iklim politik, sosial, ekonomi, pendidikan

Faktor Resiko Tinggi

Beberapa orang mempunyai risiko lebih besar untuk menggunakan narkoba karena sifat atau latar belakangnya, yaitu disebut faktor risiko tinggi (high risk factor) dan faktor kontributif (contributing factor). Keduanya dapat dibagi menjadi faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut memang tidak selalu meramalkan bahwa seseorang kelak akan menjadi penyalahguna. Akan tetapi, makin banyak faktor resiko tinggi, makin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna.

Faktor Resiko Tinggi pada Individu

  • Cenderung memberontak dan menolak otoritas
  • Tidak mau mengikuti aturan/norma/tata tertib yang berlaku
  • Sikap positif terhadap penggunaan narkoba
  • Tidak memiliki rumah tinggal (homelessnes)
  • Kurang percaya diri/penilaian pada masa remaja
  • Kesepian
  • Senang mencari sensasi
  • Merasa kurang mampu mengendalikan diri
  • Kemampuan berkomunikasi yang rendah
  • Identitas diri kurang berkembang, akibat proses identifikasi dengan orang tua atau penggantinya kurang berjalan baik, atau gangguan identitas peranan seks, sehingga merasa diri kurang jantan.
  • Memiliki ego strength yang lemah karena hubungan ayah dengan anak kurang akrab, ayah tidak memiliki ego strength/kepribadian kuat, jarang di rumah, terlalu otoriter atau hanya berfungsi biotogis saja (sebagai ayah bayangan bukan ayah nyata yang secara psikologis dan pedagogis membimbing dan mendidik anak).
  • Depresi, cemas, hiperkinetik, kepribadian dis-sosial (menyimpang dari norma yang berlaku)
  • Keinginan kuat untuk hidup bebas
  • Putus sekolah
  • Keinginan tahu/mencoba yang kuat dan keyakinan penggunaan narkoba sebagai lambang keperkasaan atau kehidupan modern
  • Sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran teman/orang lain untuk menggunakan narkoba

Faktor Lingkungan

  • Komunikasi orangtua dengan anak kurang efektif
  • Ayah dan Ibu sering bertengkar atau hubungannya kurang harmonis
  • Ayah dan atau Ibu terlalu sibuk, atau acuh tak acuh
  • Ayah dan Ibu terlalu keras/otoriter/serba melarang, atau sebaliknya terlalu permisif (serba boleh)
  • Ayah atau Ibu kurang peduli tentang penggunaan narkoba
  • Kurangnya pengawasan orang tua
  • Lingkungan keluarga/masyarakat dengan norma (tentang baik – buruk atau benar – salah) yang longgar atau tidak jelas.
  • Tata tertib dan disiplin dalam keluarga tidak adil dan tidak konsisten
  • Orang tua atau anggota lain menyalahgunakan narkoba
  • Kurangnya orang yang dapat dijadikan role model (teladan atau contoh)
  • Berkawan dengan penyalahguna
  • Tekanan atau ancaman oleh kawan atau pengedar
  • Disiplin sekolah yang rendah dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara positif dan kreatif
  • Iklan minuman beralkohol dan rokok
  • Lemahnya penegakan hukum
  • Mudah diperolehnya narkoba di pasaran

Proses Penyalahgunaan Narkoba

Masa remaja masa pencarian identitas diri. Ia berusaha menyerap sebanyak mungkin nilai-nilai baru dari luar, yang dianggap dapat memperkuat jati dirinya. Ia selalu ingin tahu dan ingin mencoba, apa lagi terhadap hal-hal yang mengandung bahaya atau resiko (risk taking behavior).

Umumnya anak atau remaja mulai memakai narkoba, karena hal itu ditawarkan kepadanya dengan berbagai janji, atau tekanan kawan/kelompok. Ia mau mencobanya, karena sulit menolak tawaran itu, terdorong oleh berbagai rupa alasan, seperti keinginan untuk diterima kelompoknya ingin dianggap dewasa, modern, jantan, dorongan kuat untuk mencoba ingin menghilangkan rasa jemu, kesepian, stres atau persoalan yang dihadapinya, dan sebagainya.

Pada survey diketahui, masalah penyalahgunaan narkoba umumnya dimulai dari pengenalannya akan rokok atau minuman beralkohol. Jika anak atau remaja telah biasa merokok, dengan mudah ia beralih kepada ganja atau narkoba lain yang lebih berbahaya bagi kesehatan. Hal ini terutama berlaku bagi anak laki-laki. Pada perempuan, kebiasaan menggunakan obat penenang atau penghilang nyeri atau rasa jika mengalami stres, memudahkan beralih ke penggunaan narkoba lain.

Masalah Penyalahgunaan Narkoba

Sekali ia mau menerima tawaran penggunaan narkoba, selanjutnya ia sulit menolak tawaran berikut, sehingga akhirnya terjadi kebiasaan ketagihan atau ketergantungan. Sekarang, ia sendiri yang aktif mencari narkoba yang dibutuhkannya, bahkan mungkin menjadi pengedar atau penjualnya, demi memperoleh uang untuk membeli narkoba.

Perasaan “high” memang belum dialami oleh para pemula ini, akan tetapi mereka menyadari bahwa pemakaian ganja, pil penenang atau ekstasi mengubah cara berpikir dan perasaan mereka. Selanjutnya dengan mudah mereka beranjak ke penggunaan narkoba lain yang lebih menantang.

Penggunaan narkoba berlangsung secara progresif, dari pemakaian kadang-kadang, pemakaian teratur kemudian pemakaian berbagai jenis zat, sampai akhirnya ketergantungan pada zat-zat tersebut.

Pada setiap tahapan, pemakaiannya menjadi lebih intensif, lebih bervariasi, dan meningkatkan pengaruh yang merusakkan tubuh. Pada awalnya penggunaan narkoba dapat dihentikan pada setiap tahap pemakai. Tetapi makin sering penggunaannya, makin sulit melepaskan diri padanya.

 

Referensi:

  • Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV/AIDS tingkat Pelajar Se Sulawesi Selatan. Disusun oleh: Biro Bina NAPZA dan HIV/AIDS dan Sekretariat Provinsi Sulawesi Selatan, bekerjasama dengan Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia. 2012
Scroll to Top