Prinsip-prinsip Dasar Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah “keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dan penyakit atau kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya”.

Ruang lingkup Kesehatan Reproduksi mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Pelaksanaan Kesehatan Reproduksi menggunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approch) agar diperoleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas dan dilaksanakan secara terpadu serta berkualitas dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan dengan bertumpu pada program pelayanan yang tersedia.

Ada empat komponen prioritas Kesehatan Reproduksi nasional:

  1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
  2. Keluarga berencana
  3. Kesehatan Reproduksi Remaja
  4. Pencegahan/penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.

Pelayanan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan bertumpu pada program pelayanan yang sudah tersedia, den memperhatikan hak reproduksi perorangan, berdasarkan kepentingan dan kebutuhan sasaran pelayanan/konsumen, sesuai sikius hidup masing-masing.

Pendekatan siklus hidup berarti memperhatikan kebutuhan khas penanganan sistem reproduksi pada setiap tahap siklus hidup dan kesinambungan antar-tahap siklus hidup tersebut.

Dengan begitu, masalah kesehatan reproduksi pada setiap tahap siklus hidup dapat diperkirakan dan ditangani dengan baik sesuai kebutuhan tahap itu, sehingga kemungkinan munculnya akibat buruk pada tahap siklus hidup selanjutnya dapat dicegah.

Sampai sat ini dikenal lima tahap siklus hidup, yaitu:

  1. Konsepsi
  2. Bayi dan anak
  3. Remaja
  4. Usia subur
  5. Usia lanjut.

Tahap pertama dan kedua terutama terkait dengan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Selanjutnya, Tahap ketiga terkait dengan Kesehatan Reproduksi Remaja. Berikutnya, Tahap keempat terutama terkait dengan Keluarga Berencana. Dan, terakhir, tahap kelima terkait dengan Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut.

Semua tahap sikius hidup ini terkait dengan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS HIV/AIDS), terutama empat tahap pertama.

Aspek Penting dalam Pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Reproduksi

Tujuh aspek penting yang perlu diperhatikan Petugas dalam melaksanakan setiap kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi, yaitu:

1. Keterpaduan

Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dilaksanakan secara terpadu oleh semua Petugas Kesehatan yang menangani program-program yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi, yaitu petugas-petugas yang melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan & Penangggulangan PMS/HIV AIDS, serta Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut.

Misalnya pada saat seorang petugas (Bidan) menghadapi Ibu Hamil, maka tidak hanya memberikan KIE tentang kehamilannya saja tetapi juga memberikan KIE tentang Keluarga Berencana dan KIE tentang Penyakit Menular
Seksual.

Begitu juga saat petugas (Perawat) menghadapi seorang remaja yang sakit, maka tidak hanya memberikan KIE tentang penyakit yang dideritanya saja, tetapi juga memberikan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan KIE tentang Penyakit Menular Seksual.

Oleh karena itu semua petugas yang terkait harus :

  • Mengetahui, materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan pesan-pesan utama Kesehatan Reproduksi yang perlu disampaikan, terutama pesan yang terkait erat dengan tugas pokoknya.
  • Mampu menyampaikan pesan-pesan tersebut pada setiap kesempatan berhadapan dengan klien atau masyarakat, baik di dalam maupun di luar klinik (saat kunjungan rumah/kunjungan lapangan), berkoordinasi baik dengan semua petugas terkait dan mengupayakan adanya kesepakatan/komitmen antar semua petugas terkait untuk medukung terlaksananya kegiatan KlE ini.
  • Berkoordinasi dalam penggunaan materi dan pesan-pesan utama yang standar, agar klien/masyarakat memperoleh informasi yang sama, dan manapun asalnya.
  • Berkoordinasi dalam memanfaatkan semua forum yang ada untuk menyampaikan materi KIE/pesan-pesan utama.
  • Berkoordinasj dalam mengembangkan materi dan pesan-pesan Kesehatan Reproduksi tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran.

2. Mutu

  • Materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi haruslah bermutu,
  • Selalu didasarkan pada informasi ilmiah terbaru.
  • Kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
  • Jujur serta seimbang (mencakup keuntungan & kerugian bagi sasaran).
  • Sesuai dengan media dan jalur yang dipergunakan untuk menyampaikannya.
  • Jelas dan terarah pada Kelompok Sasaran secara tajam (lokasi, tingkat sosial-ekonomi, latar belakang budaya, umur).
  • Tepat guna dan tepat sasaran. Untuk itu Petugas perlu menggali informasi yang lengkap tentang kelompok sasaran agar kegiatan KIE dan penyampaian materi Kesehatan Reproduksi benar-benar tepat guna, tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu peningkatan pengetahuan perubahan dan perilaku kelompok sasaran.

3. Media dan Jalur

Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dapat dilaksanakan melalui berbagai media (tatap muka, media tertulis, elektronik, tradisional dll) dan jalur (formal, informal, institusional, dll) sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pemilihan media dan jalur ini dilakukan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing media dan jalur sesual dengan kondisi kelompok sasaran dan pesan yang ingin disampaikan. Materi dan pesan disampaikan dengan tema yang sama dan konsisten agar tercapai sinergi.

4. Efektif (Berorientasi pada Penambahan Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Kelompok Sasaran)

Kegiatan KIE yang efektif akan memberi dua hasil, yaitu:

  • (1) Penambahan pengetahuan
  • (2) Perubahan perilaku kelompok sasaran.

Pesan-pesan KIE Kesehatan Reproduksi harus berisi informasi yang jelas tentang pengetahuan dan perilaku apa yang diharapkan akan mampu diiakukan oleh kelompok sasaran.

5. Dilaksanakan Bertahap, Berulang dan Memperhatikan Kepuasan Sasaran

Penyampaian materi dan pesan-pesan harus diberikan secara bertahap, berulang-ulang dan bervariasi, sesuai dengan daya serap dan kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan.

Materi dan pesan yang bervariasi tidak membosankan, sehingga penerima pesan tertarik dan senang dengan informasi yang diterima. Maka perlu diolah sedemikian rupa agar akrab dengan kondisi dan Iingkungan kelompok sasaran melaiui pemilihan bahasa, media, jalur dan metoda yang sesuai.

6. Menyenangkan

Perkembangan terakhir dunia komunikasi menunjukkan bahwa kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) paling berhasil jika dilaksanakan dengan cara penyampaian yang kreatif dan inovatif sehingga membuat kelompok sasaran merasa senang atau terhibur.

Penyampaian yang kreatif dan inovatif ini dilakukan melalui pendekatan “pendidikan yang menghibur” (edutainment) yang merupakan kombinasi dari education (pendidikan) dan entertainment (hiburan) dimana kelompok sasaran diajak berfikir melalui rangsangan rasional sehingga mendapat informasi yang bermanfaat (sebagai hasil kegiatan pendidikan) sekaligus diberi rangsangan emosional berupa hiburan menarik yang membuat mereka merasa senang (terhibur).

Bentuk-“edu-tainment” yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi ini antara lain berupa donqeng, humor, lagu, drama, komik. lomba. kuis dll.

7. Berkesinambungan (diikuti Tindak Lanjut)

Semua kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi – KIE tidak berhenti pada penyampaian pesan-pesan saja, akan tetapi harus diikuti dengan tindak lanjut yang berkesinambungan.

Artinya setelah kegiatan KIE dilaksanakan perlu selalu diikuti penilaian atas proses (apakah telah dilaksanakan sesuai rencana?) dan penilaian atas hasil (apakah pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran telah berubah?) untuk menyiapkan kegiatan berikutnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan adalah:

  • Memperlakukan sasaran dengan sopan, baik dan ramah
  • Memahami, menghargai dan menerima keadaan sasaran (status pendidikan, sosial ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya
  • Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
  • Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari
  • Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki sasaran.

Pokok-pokok Pengelolaan KIE/Penyuluhan KKB Nasional

Pokok-pokok pengelolaan KIE/Penyuluhan KKB Nasional meliputi hal-hal berikut :

a) Analisis.

Kegiatan analisis meliputi analisis khalayak, analisis kebutuhan program, analisis isi pesan dan analisis potensi pendukung.

b) Penetapan strategi.

Penetapan strategi meliputi penetapan tahapan, penetapan tujuan/sasaran/ target, pemilihan media KIE/Penyuluhan, perumusan isi pesan dan pengaturan pendayagunaan sumber dukungan (tenaga, dana, sarana) termasuk penyiapan sumber daya manusia.

c) Penyusunan isi pesan.

Penyusunan isi pesan merupakan penjabaran dari program yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan, suara atau gambar yang dapat dimengerti sasaran.

d) Pemilihan media.

Pemilihan media harus sesuai dengan isi pesan dari program yang akan disampaikan kepada sasaran. Contoh media untuk KIE/Penyuluhan KB bisa berupa leaflet tentang alokon, lembar balik tentang alokon serta alat dan obat kontrasepsi.

e) Pelaksanaan.

Isi pesan dan media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi sasaran dan tujuan dari KIE yang ingin dicapai. Demikian juga penentuan waktu dan tempatnya haruslah sesuai dengan karakteristik wilayah.

f) Monitoring dan Evaluasi.

Monitoring dilakukan mengacu kepada rencana KIE/Penyuluhan yang telah disusun, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala untuk melihat proses, hasil ataupun dampak dari KIE yang dilakukan.

Scroll to Top