Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh. Semua penggunaan narkoba adalah berbahaya dan merusak kesehatan, baik secara jasmani, maupun mental emosional dan sosial. Pengaruh narkoba tidak sama pada setiap orang, bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
- Jenis narkoba yang digunakan
- Jumlah (dosis) yang dipakai
- Frekuensi pemakaian
- Cara pemakaian (diminum, dihisap, disuntikkan, dan lain-lain)
- Zat lain yang digunakan bersamaan
- Pengalaman pemakaian narkoba sebelumnya
- Kondisi badan pemakai
- Kepribadian pemakai
- Harapan pemakai terhadap efek narkoba
- Suasana lingkungan dimana narkoba digunakan
Pengaruhnya Terhadap Otak (Susunan Syaraf Pusat)
NARKOBA berpengaruh pada tubuh manusia, terutama otak (susunan syaraf pusat) dan perkembangan normal remaja, yaitu terhadap daya ingat, perasaan, persepsi dan kendali diri.
Berikut ini adalah beberapa pengaruh narkoba terhadap otak (susunan syaraf pusat):
- Pengaruh terhadap daya ingat, sehingga mudah lupa
- Pengaruh terhadap perhatian, sehingga sulit berkonsentrasi
- Pengaruh terhadap perasaan dan kemampuan otak untuk menerima, memilah-milah dan mengolah informasi. Informasi sensoris (perasaan) yang diterima otak memberikan sensasi baru kepadanya, sekaligus menghambat kemampuan normalnya memahami informasi yang diterimanya. Orang menjadi tidak lagi dapat bertindak rasional
- Pengaruh terhadap persepsi. Contoh: kokain dan amfetamin memberi perasaan semu
- Pengaruh terhadap motivasi. Pada anak/remaja menyebabkan merosotnya motivasi dan kemampuan belajar atau prestasi di sekolah, rusaknya hubungan dalam keluarga/persahabatan, berubahnya minat atau cita-cita atau nilai-nilai yang dianutnya semula.
Ketergantungan NARKOBA
Penyalahgunaan Narkoba menyebabkan ketergantungan pemakai terhadap narkoba, baik fisik, maupun psikologik. Hal ini terjadi akibat pemakaian terus-menerus dalam jumlah yang cukup banyak.
Ketergantungan Fisik:
Ditunjukkan dengan adanya toleransi dan/atau gejala putus zat
Toleransi:
- Menurunnya pengaruh narkoba setelah pemakaian berulang, sehingga tubuh membutuhkan jumlah atau takaran yang lebih besar lagi, agar timbul pengaruh/efek yang sama.
- Akibatnya dapat terjadi bahaya overdosis, bahkan kematian
Gejala putus zat (withdrawal):
- Gejala putus zat disebabkan pada penggunaan jangka panjang zat itu telah menjadi bagian kimia tubuh. Jika pemakaiannya dihentikan, timbul ketidakseimbangan fisiologis dan terjadilah gejala putus zat.
- Orang menyadari dirinya ketergantungan fisik jika terjadi gejala putus zat, ketika ia mencoba menghentikan atau mengurangi pemakaiannya.
- Gejalanya tergantung pada cara penghentian penggunaannya (sekaligus atau bertahap) dan jenis zatnya.
Ketergantungan secara Psikologis:
- Keadaan dimana ada keinginan atau dorongan yang tak tertahankan (kompulsif) untuk menggunakan narkoba
- Hal ini disebut juga ketagihan, kecanduan atau adiksi
Sindrom Ketergantungan:
Orang menjadi ketergantungan, jika ada 3 atau lebih gejala sebagai berikut:
- Keinginan yang kuat untuk menggunakan narkoba
- Kesulitan dalam mengendalikan penggunaan narkoba, baik usaha untuk menghentikannya atau mengurangi tingkat penggunaannya.
- Terjadi gejala putus zat jika penggunaannya dihentikan atau dikurangi
- Adanya toleransi, yaitu diperlukannya jumlah/dosis narkoba yang makin besar, agar diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh
- Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk memperoleh narkoba
- Terus menggunakan, meskipun disadari akibat yang merugikan atau merusak tersebut
Kekambuhan:
Ketergantungan menyebabkan “craving” (perasaan rindu pada narkoba), walaupun telah berhenti memakai. Kawan-kawan, suasana atau tempat penggunaannya dahulu, mendorongnya untuk memakai kembali. Akibat ketergantungan tersebut, angka kekambuhan cukup tinggi, walaupun sebelumnya secara klinis telah sembuh.
Komplikasi Medik dan Akibat Lain
Keracunan (Intoksisasi):
- Intoksisasi adalah akibat penggunaan narkoba dalam jumlah cukup besar, yang berpengaruh terhadap tubuh manusia dan perilakunya
- Intoksisasi obat tidur dan alkohol menyebabkan pengendalian diri berkurang atau hilang, sehingga pemakai menjadi lepas kendali diri, agresif, mudah tersinggung, terlibat dalam pertengkaran dan perkelahian dengan risiko terluka atau melukai orang lain
- Intoksisasi amfetamin atau kokain menyebabkan denyut nadi bertambah cepat, tekanan darah meningkat, mual, muntah, cenderung berkelahi, kewaspadaan meningkat. Pada intoksisasi ekstasi di samping gejala itu, mulut kering, tak bisa diam, selalu ingin bergerak, rahang berkerut-kerut, gemetar, bola mata bergerak.
- Intoksisasi apioida (heroin, putau, morfin, candu) menyebabkan bicara cadel, jalan sempoyongan, gerakan lamban, euforia bila sudah biasa atau disforia bila baru pertama kali, apatis, mengantuk, perhatian dan daya ingat terganggu.
Kelebihan Dosis (Overdosis):
- Kelebihan dosis heroin dapat menyebabkan berhentinya pernapasan, sehingga dapat berakibat fatal (mati).
- Kelebihan dosis amfetamin, ekstasi atau shabu-shabu, dapat menyebabkan kematian akibat pecahnya pembuluh darah otak
Gejala Putus Zat:
- Gejala putus heroin (putauw): mata berair, hidung beringus, mual/muntah, sakit perut/mencret, sering menguap, takut air/tidak mau mandi
- Gejala putus alkohol atau obat tidur/penenang, antara lain kejang dan delirium yang bisa berakibat fatal
- Gejala putus amfetamin (ekstasi) menyebabkan depresi dengan kemungkinan bunuh diri
Komplikasi Medik Akibat Pemakaian Lama dan Banyak:
- Tergantung jenis narkoba yang dipakai dalam jumlah banyak untuk waktu yang cukup lama dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh (hati, ginjal, lambung, paru, jantung, otak, dan lain-lain)
- Pemakaian jangka panjang juga bisa menimbulkan perubahan mental berupa motivasi belajar/bekerja, ide paranoid, penyakit Perkinson (misalnya pada ekstasi, shabu-shabu, kokain)
Akibat Pola Hidup Yang Berubah:
- Berkurangnya selera makan dan kurangnya perhatian terhadap mutu makanan dan kebersihan diri, menyebabkan keadaan kurang gizi, kurus, pucat, penyakit kulit dan gigi berlubang
Akibat Alat Suntik Yang Tidak Steril:
- Dapat terjadi radang pembuluh darah, infeksi jantung, abses, Hepatitis B, Hepatitis C, Infeksi HIV AIDS.
Referensi:
- Gerakan Pencegahan Narkoba dan Penularan HIV/AIDS tingkat Pelajar Se Sulawesi Selatan. Disusun oleh: Biro Bina NAPZA dan HIV/AIDS dan Sekretariat Provinsi Sulawesi Selatan, bekerjasama dengan Yayasan Kelompok Relawan Antisipasi AIDS (KRA-AIDS) Indonesia. 2012